Amin Whae | 2025
Foto : business-to-you.com
Mengapa PR Jadi Begitu Penting ?
Dulu, PR sering dianggap sebagai bagian “di belakang layar” yang mengurus siaran pers, hubungan media, atau penanganan krisis. Tapi di era digital, perannya jauh lebih besar. PR kini menjadi bagian penting dari strategi komunikasi merek, terutama karena kecepatan informasi dan sensitivitas publik terhadap reputasi merek semakin tinggi.
Di dunia digital, satu unggahan di media sosial bisa mengangkat atau menjatuhkan citra sebuah brand. Karena itu, perusahaan butuh strategi PR yang lebih proaktif, strategis, dan adaptif. Tujuannya bukan hanya mengatasi masalah, tapi membangun hubungan yang kuat dengan publik melalui komunikasi yang jujur dan bernilai.
Apa Itu Strategi PR, dan Mengapa Harus Dirancang dengan Cermat ?
Menurut Cutlip, Center, dan Broom (2011), strategi PR adalah rencana terarah untuk mengelola hubungan antara organisasi dan publiknya. Artinya, PR tidak bisa dijalankan asal jalan, melainkan perlu dirancang seperti halnya strategi pemasaran.
Biasanya, strategi PR terdiri dari empat langkah penting :
1. Riset dan Analisis Situasi – memahami kondisi organisasi dan opini publik.
2. Perencanaan Strategis – menetapkan tujuan komunikasi dan pesan utama.
3. Implementasi Program – menjalankan kegiatan komunikasi sesuai rencana.
4. Evaluasi dan Umpan Balik – mengukur hasil dan menyesuaikan strategi.
Contohnya bisa dilihat pada merek lokal yang menghadapi komentar negatif di media sosial. Tim PR yang sigap akan lebih dulu melakukan social listening, lalu menyiapkan klarifikasi yang empatik dan transparan di kanal yang sama. Pendekatan seperti ini bukan hanya menyelesaikan masalah, tapi juga menunjukkan karakter merek yang terbuka dan bertanggung jawab.
Tiga Peran Utama PR di Dunia Digital
1. Menjaga Reputasi dan Kepercayaan Publik
Reputasi adalah aset. Sekali rusak, sulit diperbaiki. Karena itu, PR harus memastikan setiap pesan yang disampaikan merek konsisten dengan nilai dan janjinya.
Contohnya, kampanye “GoGreener” dari Gojek tidak hanya promosi program keberlanjutan, tapi juga memperkuat citra bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan.
2. Mengelola Krisis dengan Cepat dan Empatik
Di era digital, kabar buruk bisa menyebar dalam hitungan menit. Strategi PR yang baik harus mencakup crisis communication plan. Respons yang cepat, jujur, dan penuh empati bisa meredam isu dengan lebih efektif dibanding klarifikasi yang kaku.
3. Membangun Engagement Jangka Panjang
PR bukan hanya bicara ke publik, tapi juga mendengarkan mereka. Melalui storytelling dan konten digital, PR bisa menciptakan percakapan yang membangun hubungan emosional.
Contoh bagus adalah kampanye “Real Beauty” dari Dove—pesannya sederhana tapi menyentuh, karena menyoroti isu yang dekat dengan audiensnya.
Kunci-Kunci Sukses Strategi PR Digital
Menurut Smith (2020), strategi PR yang efektif di era digital memiliki beberapa komponen penting:
Tujuan yang Jelas dan Terukur
Gunakan prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound). Misalnya: “meningkatkan awareness merek sebesar 20% dalam tiga bulan.”
Pesan yang Konsisten dan Autentik
Jangan ubah gaya bicara atau nilai merek di setiap platform. Publik sekarang sangat peka terhadap ketidakkonsistenan.
Pemilihan Kanal yang Tepat
Instagram cocok untuk kampanye visual, LinkedIn untuk reputasi profesional, TikTok untuk jangkauan muda. Sesuaikan kanal dengan karakter audiens.
Konten Bernilai dan Relevan
PR kini erat dengan content marketing. Artikel, video, dan infografik bisa menjadi media untuk membangun kepercayaan publik, bukan hanya promosi.
Monitoring dan Evaluasi Berbasis Data
Gunakan alat digital seperti Google Analytics atau Hootsuite untuk memantau jangkauan, engagement, dan sentimen publik secara real time.
PR dan Pemasaran Digital : Duet yang Tak Terpisahkan
Banyak orang masih memisahkan PR dan pemasaran digital, padahal keduanya saling melengkapi. PR membangun kepercayaan dan citra, sementara pemasaran digital fokus pada konversi dan penjualan.
Integrasi keduanya menciptakan kekuatan ganda: kampanye pemasaran jadi lebih kredibel karena didukung oleh komunikasi yang bermakna. Misalnya, ketika brand menggandeng influencer yang selaras dengan nilai mereka, hasilnya bukan hanya exposure, tapi juga peningkatan kepercayaan publik.
Theaker (2016) menegaskan bahwa PR yang efektif adalah PR yang mampu beradaptasi terhadap perubahan teknologi, tanpa kehilangan sisi kemanusiaannya. (aminwhae)
selengkapnya dapat diunduh di sini
Amin Whae | 2025
Foto : voi.id
Perkembangan Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara organisasi berinteraksi dengan publik. Jika sebelumnya komunikasi bersifat satu arah melalui media tradisional, kini komunikasi terjadi dua arah secara cepat dan terbuka. Dalam konteks ini, peran Public Relations (PR) dan Digital Marketing menjadi sangat penting. PR membangun reputasi dan kepercayaan publik, sementara Digital Marketing memperluas jangkauan pesan dan meningkatkan interaksi. Kolaborasi keduanya menciptakan komunikasi yang lebih kuat dan efektif.
PR modern tidak lagi terbatas pada penyebaran informasi atau hubungan dengan media massa. Perannya mencakup membangun citra positif, menjaga kepercayaan publik, dan merespons krisis secara cepat serta terukur. PR juga berperan menjalin hubungan dengan berbagai pihak, termasuk media digital, influencer, dan komunitas online, untuk memperkuat pesan organisasi.
Digital Marketing melengkapi peran tersebut dengan memanfaatkan berbagai platform seperti media sosial, website, SEO, email marketing, dan iklan online. Narasi dan pesan yang dibangun melalui PR dapat disebarkan lebih luas, menjangkau audiens yang lebih besar, serta mudah diukur dampaknya melalui data digital.
Strategi PR digital yang efektif biasanya melibatkan pembuatan konten edukatif, interaksi aktif di media sosial, kolaborasi yang relevan, optimasi mesin pencari, serta analisis data untuk menyempurnakan strategi komunikasi. Pendekatan ini membantu membangun hubungan yang lebih dekat antara organisasi dan publik.
Manajemen krisis menjadi aspek penting dalam PR digital. Isu negatif dapat menyebar dengan cepat sehingga perlu ada pemantauan yang aktif, respons yang jelas dan empatik, serta konsistensi dalam penyampaian informasi. Evaluasi pasca-krisis juga penting untuk memperkuat kepercayaan publik.
Tren PR dan Digital Marketing saat ini menunjukkan semakin besarnya peran teknologi, penggunaan influencer mikro, serta dominasi konten video pendek. Integrasi yang kuat antara keduanya membantu menciptakan pesan yang konsisten dan mudah diukur dampaknya.
Keberhasilan PR digital dapat dilihat dari interaksi publik, peningkatan kunjungan website, sentimen audiens, dan tingkat konversi. Namun, semua strategi ini harus dijalankan dengan etika yang kuat, termasuk transparansi, kejujuran, dan tanggung jawab sosial.
Pada akhirnya, PR dan Digital Marketing bukanlah dua hal yang terpisah. Keduanya saling melengkapi dan memperkuat. PR membangun kepercayaan dan citra positif, sedangkan Digital Marketing memperluas jangkauan pesan. Sinergi keduanya memungkinkan organisasi membangun reputasi yang solid dan hubungan jangka panjang dengan publik. (aminwhae)
selengkapnya dapat diunduh di sini
Amin Whae | 2025
Foto : oktelugu.comu
Pengertian
Secara lengkap, Effendy (2003) menjelaskan bahwa istilah human relations pada dasarnya memiliki dua pengertian, yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, human relations dapat dipahami sebagai komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat bekerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati. Sedang dalam arti luas, human relations merupakan komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati kedua belah pihak.
Pernyataan Effendy tersebut menunjukkan bahwa komunikasi merupakan inti dari segala aktivitas dalam human relations dan memiliki arti penting bagi manusia. Melalui komunikasi terjadi interaksi dan saling tukar pengetahuan dan pengalaman. Dalam konteks organisasi, human relations merupakan penggerak di dalam organisasi, dimana salah satu manfaatnya adalah untuk menghilangkan akibat salah komunikasi dan salah interpretasi yang terjadi diantara manajer/staf dengan publik di luar organisasi.
Berikut beberapa definisi human relations :
The Liang Gie
Human relations adalah adanya suatu interaksi, bukan sekedar relasi atau hubungan yang pasif, melainkan suatu aktivitas yang merupakan ‘action orianted’ untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan (Gie, 2009).
Sondang P. Siagian
Human relations adalah keseluruhan hubungan, baik yang formal maupun yang informal, yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa, sehingga tercipta teamwork yang intim dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 2014).
Onong Uchajana Effendi
Human relations adalah pengitegrasian orang-orang ke dalam suatu situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja sama serta dengan rasa puas, baik kepuasan ekonomis, psikologis, maupun kepuasan sosial (Effendy, 2003).
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa Human Relations adalah hubungan baik yang terdapat dalam suatu organisasi dalam konteks sikap, pendapat, maupun perilaku untuk menciptakan teamwork yang baik dalam rangka meningkatkan produktifitas kerja.
Human Relations Sebagai Kebutuhan Dasar Manusia
Pengertian human relations dalam arti luas sebagaimana yang dimaksud Effendy (2003) tersebut menunjukkan bahwa human relations pada dasarnya merupakan kebutuhan dasar manusia. Human relations merupakan komunikasi interpersonal dalam semua bidang kehidupan yang menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak. Artinya bahwa human relations tidak hanya sebatas hubungan antar personal yang bersifat lahiriah saja, namun juga menyangkut aspek kejiwaan, sehingga memberikan kepuasan psikologis.
Dalam konteks organisasi menunjukkan bahwa secara konsepsional, human relations menekankan pada arti pentingnya hubungan interpersonal diantara para anggota organisasi dengan alasan bahwa manusia dapat produktif apabila kebutuhan sosialnya diperhatikan. Hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu organisasi bertujuan memberikan kepuasan para pegawai, sehingga para pegawai mempunyai semangat kerja yang tinggi, kerjasama yang tinggi, dan disiplin yang tinggi.
Lebih jauh, dalam komunikasi manajemen, baik komunikasi internal (horizontal/ vertikal/diagonal) maupun komunikasi eksternal, setiap individu perlu menentukan sikap dan pergaulan dengan bersikap ramah, kata-kata yang menyenangkan, dan menghargai orang lain.
Perbedaan Human Relations dan Public Relations
Sebagai hubungan baik yang terdapat dalam suatu organisasi dalam konteks sikap, pendapat, maupun perilaku, Human Relations dimaksudkan untuk meningkatkan moral dan disiplin anggota organisasi dengan tujuan meningkatkan motivasi kerja dan sense of belonging dalam kaitan dengan peningkatan produktivitas kerja. Dengan demikian human relations fokus pada bagaimana metode komunikasi yang dipergunakan mampu memotivasi orang- orang dalam organisasi agar terjadi sikap kooperatif, disiplin, etos kerja tinggi, produktif, dan memuaskan kedua pihak, yakni anggota/karyawan dan organisasi.
Sedang Public Relations (PR) merupakan usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. PR merupakan fungsi manajemen yang membantu meraih tujuan organisasi, merumuskan filosofi, dan menjadi perantara perubahan organisasi. Dalam arti bahwa PR merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi opini, sikap, dan perilaku publik, mengidentifikasikan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur individu/organisasi dengan kepentingan publik dan merencanakan serta melaksanakan program aksi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publik. (aminwhae)
selengkapnya dapat diunduh di sini
Amin Whae | 2025
Foto : majoo.id
Pengertian
KBBI: citra adalah gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai individu, organisasi, atau produk.
Bill Canton: citra adalah kesan atau gambaran diri publik yang dengan sengaja diciptakan.
Philip Kotler: citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan seseorang terhadap suatu objek.
Frank Jefkins: citra terbentuk dari pengetahuan dan pengalaman seseorang.
Ruslan: citra berakar dari nilai-nilai kepercayaan individu yang kemudian berkembang menjadi opini publik.
Dapat disimpulkan, citra adalah gambaran atau persepsi yang terbentuk di benak publik mengenai individu, produk, organisasi, atau perusahaan.
Secara umum, pencitraan adalah usaha menampilkan gambaran positif tentang seseorang, produk, atau organisasi agar publik memiliki persepsi yang baik.
Contoh Kasus :
Bank Syariah Indonesia (BSI) membangun citra sebagai bank modern yang islami melalui identitas visual, slogan, dan kampanye edukasi. Strategi ini berhasil menciptakan persepsi positif di kalangan masyarakat muslim.
Jenis-jenis Citra (Jefkins, 2004)
Mirror Image: citra menurut pandangan anggota internal organisasi.
Current Image: citra yang berlaku di mata pihak luar.
Wish Image: citra yang diharapkan oleh manajemen.
Corporate Image: citra menyeluruh tentang perusahaan.
Multiple Image: citra beragam yang muncul dari perilaku unit atau individu dalam organisasi.
Contoh Kasus:
Perusahaan rintisan (startup) sering memiliki wish image ingin dipandang sebagai inovatif, sementara publik menilai mereka masih “belajar” (current image).
Citra Perusahaan (Corporate Image)
Menurut Katz, citra perusahaan adalah cara pihak luar memandang perusahaan, baik dari fisik (nama, produk, bangunan) maupun atribut lain yang memengaruhi kualitas.
Citra yang baik dapat dipopulerkan melalui tiga cara:
Membentuk persepsi sesuai jati diri perusahaan.
Memelihara persepsi melalui PR dan iklan konsisten.
Mengubah persepsi publik yang kurang menguntungkan dengan perbaikan internal.
Jenis citra yang dapat ditonjolkan perusahaan:
Eksklusif – memberi layanan premium.
Inovatif – identik dengan produk baru.
Murah meriah – mutu baik dengan harga terjangkau.
Contoh Kasus:
Shopee berhasil menciptakan citra sebagai platform inovatif dengan menghadirkan fitur-fitur baru dan kolaborasi dengan brand populer.
Faktor Pembentuk Citra Organisasi
Identitas fisik: logo, nama, gedung, jingle, profil perusahaan.
Identitas non-fisik: sejarah, filosofi, nilai, budaya.
Manajemen organisasi: visi, misi, strategi, SDM, pelayanan.
Kualitas produk/layanan.
Aktivitas & pola hubungan: keterlibatan sosial, komunikasi, dan relasi dengan publik.
Contoh Kasus:
Tokoh publik yang aktif di Instagram dan TikTok dengan gaya komunikasi santai berhasil membangun citra modern, terbuka, dan dekat dengan generasi muda. (aminwhae)
selengkapnya dapat diunduh di sini
Amin Whae | 2025
Foto : anzsog.edu.au
Istilah opini publik berasal dari bahasa Latin opinari (berpikir/menduga) dan publicus (milik masyarakat luas). Dalam bahasa Indonesia, opini publik dapat dipahami sebagai dugaan, perkiraan, harapan, atau pilihan yang terbentuk di tengah masyarakat (Sumirat, Soleh dan Ardianto, 2004).
Irish & Prothro: Opini publik adalah ekspresi sikap mengenai persoalan masyarakat (Effendy, 2002).
Leonard W. Doob: Opini publik adalah hasil sikap sekelompok orang yang menunjukkan reaksi serupa terhadap rangsangan yang sama dari luar (Sumirat, Soleh & Ardianto, 2004).
Seitel: Opini publik merupakan kesepakatan yang dimulai dari sikap orang-orang terhadap isu yang belum pasti (Sumirat, Soleh & Ardianto, 2004).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa opini publik adalah ekspresi sikap atau pendapat sekelompok orang terhadap suatu persoalan yang belum memiliki kepastian, dan seringkali terbentuk melalui media massa.
Contoh Kasus :
Program CSR Pertamina berupa pembangunan desa binaan dan pemberdayaan UMKM telah melahirkan opini publik positif bahwa Pertamina tidak hanya fokus pada bisnis energi, melainkan juga peduli pada masyarakat. Sebaliknya, kasus kebocoran data pelanggan di salah satu marketplace besar menimbulkan opini publik negatif, membuat masyarakat meragukan keamanan data pribadi mereka.
Alat-alat Pembentuk Opini Publik
Praktisi PR memanfaatkan berbagai saluran untuk membentuk opini publik, antara lain pers/media massa, organisasi politik, dan organisasi non-politik. Media massa menjadi sarana utama karena mampu menyebarkan informasi secara luas dan cepat.
Menurut Frank Jefkins, fungsi media relations adalah menyiarkan informasi PR seluas-luasnya guna menciptakan pengetahuan dan pemahaman publik. Media berperan sebagai : (a) Perpanjangan tangan organisasi untuk berbicara dengan publik, (b) Sarana sosialisasi kebijakan perusahaan kepada masyarakat, (c) Instrumen untuk membangun citra positif perusahaan, dan (d) Media promosi dan publisitas.
Contoh Kasus :
Gojek memanfaatkan media sosial dan liputan media arus utama untuk mempromosikan fitur GoGreener (pengurangan plastik sekali pakai). Publikasi masif ini berhasil menciptakan opini positif bahwa Gojek peduli terhadap isu lingkungan.
Pendekatan dalam Pembentukan Opini Publik
Opini publik dapat dibentuk melalui tiga pendekatan utama : (a) Komunikasi langsung antarpribadi (interaksional). Opini publik muncul melalui interaksi personal, didukung oleh teori empati dan homofili. (b) Komunikasi dua tahap (two-step flow). Pesan disampaikan melalui opinion leader, kemudian diteruskan kepada masyarakat luas. (c) Media massa (mekanistik). Pesan disampaikan langsung oleh media massa dengan daya pengaruh yang kuat (teori bullet/hypodermic needle).
Dari ketiga pendekatan tersebut, pemanfaatan media massa paling dominan karena PR dan pers sama-sama berfungsi sebagai mediator antara organisasi dan publik.
Contoh Kasus :
Kampanye Shopee dengan brand ambassador K-Pop menunjukkan pendekatan media massa yang kuat. Melalui iklan TV, media sosial, dan billboard, pesan dikomunikasikan secara langsung dan membentuk persepsi publik bahwa Shopee identik dengan tren anak muda.
Fungsi Public Relations dan Kaitannya dengan Opini Publik
PR bertugas menciptakan komunikasi dua arah yang saling memahami antara organisasi dan publiknya. Cutlip, Center & Canfield merumuskan fungsi PR antara lain : Mendukung manajemen dalam mencapai tujuan organisasi, membina hubungan harmonis dengan publik, mengidentifikasi opini, persepsi, dan tanggapan publik, menyampaikan aspirasi publik kepada manajemen, dan menciptakan komunikasi timbal balik yang menghasilkan citra positif (Ruslan, 2014).
Effendy (2003) menambahkan bahwa PR juga melayani publik serta memberikan nasihat kepada pimpinan demi kepentingan umum.
Dalam konteks politik, opini publik berfungsi sebagai kontrol sosial (Bentham) dan penguat kehidupan sosial-politik (Bogardus).
Bagi organisasi/perusahaan, opini publik berpengaruh pada : (a) Citra organisasi, contohnya CSR Pertamina membentuk opini positif, (b) Tingkat kepercayaan publik, opini negatif pada marketplace yang mengalami kebocoran data menurunkan kepercayaan, dan (c) Keberlangsungan organisasi, opini publik negatif dapat mengancam eksistensi.
Opini publik bersifat dinamis, mudah berubah oleh peristiwa besar. Oleh karena itu, PR perlu mengukurnya secara berkala melalui polling, skala sikap, wawancara, maupun analisis respon media. (aminwhae)
selengkapnya dapat diunduh di sini
Amin Whae | 2025
Foto : ici.net.au
Latar Belakang Public Relations
Seiring derasnya arus globalisasi, tidak ada lagi organisasi atau perusahaan yang bisa berdiri sendiri tanpa dukungan publik. Globalisasi menghadirkan keterhubungan ekonomi, budaya, dan informasi yang sangat cepat. Organisasi yang gagal beradaptasi akan tertinggal, bahkan bisa kehilangan eksistensinya di tengah kompetisi yang semakin ketat.
Khusus pada organisasi yang berorientasi profit, persaingan bisnis semakin kompleks. Perusahaan tidak hanya dituntut menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga harus mampu membangun kepercayaan, menciptakan citra positif, serta mempertahankan hubungan baik dengan masyarakat luas. Hal ini dipengaruhi pula oleh perkembangan teknologi komunikasi dan media massa, baik konvensional maupun digital, yang membuat publik semakin kritis, terbuka, dan tidak mudah dipengaruhi oleh informasi sepihak.
Dalam konteks inilah, public relations (PR) muncul sebagai kebutuhan strategis. PR menjadi jembatan antara organisasi dengan publiknya. Peran ini bukan sekadar menyebarkan informasi, tetapi menciptakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, sehingga organisasi dipandang memiliki reputasi dan citra yang baik. Misalnya, ketika sebuah perusahaan menghadapi isu pencemaran lingkungan, praktisi PR tidak cukup hanya memberikan klarifikasi, tetapi juga harus membangun komunikasi aktif dengan masyarakat sekitar, media, dan pemerintah, agar kepercayaan publik tetap terjaga.
Pengertian Public Relations
Secara harfiah, public relations berarti “hubungan antar publik”. Di Indonesia, istilah ini lebih populer dengan sebutan hubungan masyarakat (humas). Meskipun ada perbedaan istilah, keduanya merujuk pada fungsi yang sama, yaitu mengelola hubungan dan komunikasi antara organisasi dengan publik.
Beberapa definisi PR dari tokoh-tokoh penting antara lain:
Cutlip & Center: PR adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan organisasi, serta merencanakan dan melaksanakan program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik (Effendy, 2009).
Frank Jefkins: PR adalah semua bentuk komunikasi terencana, baik internal maupun eksternal, antara organisasi dengan khalayaknya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan prinsip saling pengertian.
Onong Uchjana Effendy: PR adalah komunikasi dua arah antara organisasi dan publik secara timbal balik, guna mendukung tujuan manajemen melalui kerjasama dan pemenuhan kepentingan bersama.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa PR bukan sekadar aktivitas penyebaran informasi, melainkan bagian integral dari manajemen organisasi. PR berfungsi membangun kepercayaan, mengelola opini publik, serta menjembatani kepentingan organisasi dengan masyarakat.
Contoh nyata: ketika sebuah startup digital meluncurkan produk baru, PR tidak hanya membuat siaran pers, tetapi juga mengatur event peluncuran, menggandeng media, serta mengelola percakapan di media sosial. Semua itu dilakukan agar publik memahami nilai produk dan menumbuhkan citra positif bagi perusahaan. (aminwhae)
selengkapnya dapat diunduh di sini